Tulisan
ini saya tulis berdasarkan refleksi dari hidup saya. Khususnya dibidang
percintaan. Karena sifat cinta yang rumit akhirnya saya memustuskan untuk
menuliskan apa yang saya anggap benar dan salah setelah apa yang sudah pernah
saya alami. Dan alasan yang lain adalah, saya mencoba melupakan kenangan yang
sulit saya lupakan. Karena, cara terbaik untuk melupakan kenangan indah dari
seseorang adalah dengan menjadikannya suatu karya sastra.
Cinta adalah
sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam
konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan
belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi atau
kegiatan aktif yang dilakukan manusia pada objek lain, berupa pengorbanan diri,
empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, patuh,
mengikuti, dan mau melakukan apapun yang di inginkan objek yang dicintainya.
Namun,
cinta sendiri sebenarnya tidak memiliki arti yang pasti. Cinta hanya dapat di
artikan dari masing-masing pemikiran orang yang merasakannya, jika sahabat
mencoba mencari apa itu arti cinta di internet, hasilnya sudah pasti sahabat
akan menemukan arti yang begitu beraneka ragam. Dari sinilah kita bisa menarik
kesimpulan bahwa cinta sebetulnya tidak memiliki arti yang pasti, hanya berasal
dari perspektif dari masing-masing orang.
Cinta
itu sulit, rumit untuk dimengerti, namun indah saat kita merasakannya. Kita
semua sepakat bahwa kita tidak tau kapan cinta akan datang di hidup kita,
kepada siapa kita jatuh cinta, atau bahkan kepada apa kita jatuh cinta. Cinta adalah hal yang tidak dapat diprediksi,
kita tidak bisa menentukan kepada siapa kita harus jatuh cinta, maka tidak
jarang cinta kita berakhir tragis, hanya bertepuk sebelah tangan, karena kita
jatuh cinta kepada orang yang tidak mencintai kita, kita hanya bisa terus
mencintainya tanpa berharap dia mencintai kita, karena cinta tidak bisa
dipaksakan.
Saya
sendiri adalah orang yang pernah dengan sombongnya mendeklarasikan diri bahwa
saya tidak percaya dengan cinta. Pernyataan tersebut saya nyatakan tidak
semena-mena tanpa alasan, alasan saya adalah karena saya selalu gagal, kandas,
dan berakhir tragis. Kisah cinta saya dimulai pada saat dimana saya tertarik
pada seseorang, lalu saya mendekatinya, dan akhirnya bertepuk sebelah tangan,
dan terus berulang sampai akhirnya saya menyatakan saya tidak lagi percaya akan
cinta. Saya pernah memiliki pasangan, mantan, tapi ada saat dimana saya kembali
membuka hati untuk seseorang diluar sana namun hanya berakhir one sided love. Jika boleh jujur, saya
mengalami cinta bertepuk sebelah tangan sangat sering, entah berapa kali,
sampai hati dan raga terasa mati, makanya saya sempat mengatakan dengan lantang
bahwa saya tidak percaya lagi dengan cinta.
Tetapi
pada akhirnya saya sadar bahwa saya telah termakan ego, saya naif, saya masih
kekanak-kanakan dan masih awam tentang hal percintaan. Sampai suatu saat saya
membaca sebuah buku yang berjudul Perspektif
Cinta & Iman yang membuat saya sadar akan semua tentang cinta. Kadang,
disaat kita jatuh cinta kita akan sulit menerima kenyataan, yang kita harapkan
hanyalah ekspetasi yang muncul di pemikiran kita, bahwa semua akan berakhir
indah, semua akan tercapai dan sebagainya. Disaat harapan-harapan yang ada
tidak tercapai disitulah semua akan terasa sakit, karena terlalu berharap pada
sesuatu yang kita belum tau jelas bagaimana ini akan berjalan. Jika saja kita
tidak menaruh harapan yang terlalu besar, mungkin kita bisa dengan mudah
merelakan apa yang telah kita harapkan itu telah jauh dari harapan.
Disaat
merasakan panah cinta yang menembus hati, saya sering lupa dengan jati diri,
saya berusaha merubah segala hal dalam diri saya menjadi terlihat baik di depan
orang yang saya cintai, yang sebenarnya setelah saya pikir-pikir justru
terkesan norak. Karena cinta seharusnya menerima apa adanya, kenapa kita harus
merubah diri? Jadilah diri sendiri. Dengan kita sudah berani mencintai artinya
juga kita telah sepakat dengan segala konsekuensinya, dan konsekuensi
terberatnya adalah penolakan. Sebenarnya, cinta itu tidak dapat ditolak ataupun
diterima, yang dapat ditolak adalah saat kita ingin menjadi bagian hidupnya,
apakah pernah sahabat dilarang mencintai seseorang? Sudah pasti jawabannya
tidak.
Kita
bebas mencintai siapapun atau apapun, tapi dari rasa cinta akan timbul perasaan
ingin memiliki. Disaat kita ingin memiliki, kita akan berusaha bagaimana pun
cara yang harus ditempuh asalkan kita bisa memilikinya, itulah kenapa cinta
disebut buta, dan parahnya kita menjadi lupa dengan konsekuensi yang ada. Saat
sudah timbul perasaan ingin memiliki, saya menganggap bahwa segala usaha saya
pasti akan berbuah manis tanpa berpikir hal yang mungkin diluar harapan,
berharap dengan usaha yang saya lakukan dia akan luluh dan mau menjadi bagian
dari hidup saya. Jika memang tidak suka mau diapakan lagi? Belajar menerima
kenyataan dan menjadi dewasa mungkin lebih baik daripada mengurung diri di
kamar dan menyalahkan diri sendiri.
Dulu
disaat cinta saya bertepuk sebelah tangan, hal yang muncul dalam pikiran adalah
bahwa saya harus segera melupakannya, menghilang dari hidupnya, dan tidak
jarang juga saya membencinya. Tapi, setelah saya belajar dari pengalaman, yang
perlu sahabat lakukan tidaklah seperti itu. Melainkan, tetap ingat dia sampai
kapan pun karena suka atau tidak dia pernah mengisi beberapa bagian di hidup
kita, bukankah masa lalu adalah media pembelajaran terbaik untuk mengahadapi
masa depan? Dan kita tidaklah perlu menaruh rasa benci padanya, yang perlu kita
lakukan hanyalah tetap mencintainya dengan tulus, karena cinta yang tulus tidak
mengharapkan timbal balik.
Belajar
untuk merelakan dan menerima kenyataan akan membuat kita merasa bersyukur bahwa
kita masih bisa merasakan indahnya jatuh cinta. Banyak orang diluar sana yang
mengeluh kalau dia sulit untuk mencintai orang lain, dan mencari-cari
alasannya, lalu kenapa saya yang dapat merasakan indahnya jatuh cinta justru
tidak ingin mempercayai bahwa cinta itu indah, tergantung pada diri kita
menyikapinya. Karena sesungguhnya jatuh cinta adalah suatu anugerah dari tuhan
yang diberikan kepada kita, jadi nikmati saja.
Akhir-akhir
ini saya juga berpikir bahwa jatuh cinta tidak selalu berakhir dengan saling
memiliki satu sama lain, dan juga orang yang kita cinta tidak selalu adalah
jodoh kita. Jadi, dalam opini saya (mungkin) tuhan sedang menjawab doa kita
yang ingin diberikan kebahagiaan dengan cara kita jatuh cinta pada seseorang,
karena jatuh cinta itu indah dan bahagia rasanya, namun kadang kita termakan
ekspetasi yang tinggi, mengharapkan lebih dari yang kita minta. Karena? Kita
adalah manusia, yang kadang tidak merasa cukup dengan apa yang kita miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar